18901626_1482449445152977_910971522_o
MFC Solusi Pengurangan Dampak Logam Berat Kromium. Tahukah anda bahwa dampak dari kontaminasi logam berat kromium sangatlah serius? Logam dengan nama senyawa kimia Kromium ini mampu menyebabkan gangguan kesehatan, penuaan dini hingga masalah genetik yang bersifat karsinogenik (pemicu kanker) dan toksik bahkan menyebabkan idiot pada genetik keturunan manusia. Terinspirasi untuk mengurangi dampak dari logam tersebut, kelima mahasiswa ITS Departemen Kimia yakni Rahadian Abdul Rachman, Agung Bagus Pambudi, Karima, Stella Jovita dan Ulva Tri Ita Martia sukses meneliti bahwa Microbial Fuel Cell (MFC) dapat menjadi solusi pengurangan dampak logam tersenbut.

Ide PKM berjudul Microbial Fuel Cell (MFC) sebagai Bioremediasi Bioelektokimia untuk Mengurangi Berat Logam Kromium muncul dari pemikiran ketua kelompok, Rahadian Abdul Rachman yang melihat langsung bahwa bahaya logam kromium sudah banyak meresahkan masyarakat, khususnya masyarakat yang kesehariannya bergulat dengan logam Kampung logam Ngingas, Waru, Sidoarjo, contohnya. Pada kampung dengan ciri khas sebagai pengolah logam kuantitas banyak ini ditemukan bahwa banyak pekerjanya yang merasakan dampak dari logam kromium. “Kebanyakan pekerja di kampung Ngingas mengalami penuaan dini, gangguan kesehatan, dan munculnya flek-flek hitam di kulit tangan,” tutur Rahadian mencoba menjelaskan isi PKM-P yang digarapnya. Rahadian bersama empat teman lainnya, Agung Bagur Pambudi, Karina, Stella Jovita dan Ulva Tri Ita Martia melakukan studi literatur dan menemukan bahwa MFC Microbial Fuel Cell (MFC) juga mampu mengurangi logam kromium.

19250159_1497756576955597_1690400955_o
Rahadian menjelaskan bahwa MFC ialah sebuah sistem yang biasa digunakan untuk membangkitkan listrik dengan bakteri yang terbagi dua kompartemen yaitu kompartemen anoda yang berisi bakteri dan kompartemen katoda berisi ion kromium (VI), namun uniknya ternyata ia dan timnya menemukan bahwa bakteri tersebut juga mampu mengurangi logam kromium (VI) yang berbahaya. “Ada dua bakteri yang sudah kita coba yakni Saccharomyces cerevisiae dan Zymomonas mobilis,” terang mahasiswa angkatan 2014 tersebut. Setelah dilakukan uji laboratorium pada PH 7 didapatkan bahwa bakteri Zymomonas mobilis lebih cepat mengurangi dampak dibanding bakteri lainnya. Bakteri Zymomonas mobilis memiliki 38,4 % kecepatan pengurangan logam kromium sedangkan bakteri saccharomyces cerevisiae hanya 22 %. Selain itu bakteri Zymomonas mobilis mampu menghasilkan etanol dan pada sistem MFC dapat memgurangi kromium hingga efisiensi 88% pada pH 1 dengan penambahan biosorben. Bersama dengan dosen pembimbing, Dr rer nat Fredy Kurniawan M.Si, Rahadian bersama tim akhirnya memutuskan untuk menggunakan bakteri Zymomonas mobilis sebagai biomederasi pada kompartemen anoda sebagai kutub negatif untuk mengurangi kadar logam berat kromium di kompartemen katoda sebagai kutub positif pada MFC tersebut.
Berkat penelitian tersebut, Rahadian dan tim menjadi salah satu tim PKM yang didanai oleh KemenristekDikti dan tengah memasuki tahap monitoring dan evaluasi. Rahadian dan tim berharap penelitian ini mampu maju di Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas) dan juga mempublikasikan penelitian mereka ke jurnal internasional “Saya dan tim berusaha sebaik mungkin untuk bisa berkontribusi membawa nama ITS di Pimnas,” jelas pria asal Surabaya tersebut.